"Saya hanya mau sampaikan bahwa Covid-19 sudah ada di mana-mana. virusnya sudah dekat sekali dengan kita, bisa jadi dia ada di dalam orang yang sedang makan bareng, ngobrol bareng dengan kita. Jadi jangan mau buka masker ketika bersama orang yang kita tidak tahu sebelumnya dia ketemu siapa dan d imana," pesan Martina.
Tantangan yang ditawarkan Martina lewat unggahannya menuai dukungan nitezen Akun Facebook bernama Erni W misalnya, menulis, "Betul ibu..bagi yg tdk percaya suruh magang aja dirs (di rumah sakit)" Akun lain bernama Mahmudah menimpali.
"Dan buat anda anda yg tidak percaya akan virus ini...cukup itu buat anda .... Jangan anda mengajak orang pada barisan anda.... Semangat Nakes.... Semoga ini segera berakhir," tulis Mahmudah.
Tak hanya unggahan status, Martina juga membagikan sebuah link berita media nasional di laman Facebooknya, berjudul "Hoax Telah Membunuh Ayahku".
Berita tersebut mengisahkan pengakuan seorang anak yang tinggal di Depok, bernama Helmi Indra menceritakan salah satu faktor bikin ayahnya meninggal karena termakan hoaks Covid-19.
Satu di antaranya soal hoaks vaksin haram. Informasi itu bikin ayahnya percaya dan tak mau divaksin Covid-19. Hingga akhirnya, tepat 6 Juli 2021, ayahnya bernama Nuryaman (60) yang tinggal di Tegal, Jawa Tengah itu terpapar Covid-19.
Kondisinya terus memburuk hari demi hari hingga meninggal dunia, pada Rabu (14/7/2021).
Selama menjalani perawatan, kata Helmi, ayahnya tak mau minum obat karena terpengaruh paparan Dokter Lois Owien yang menyebut pasien Covid-19 meninggal karena interaksi antar obat yang dikonsumsi.
Sebelum meninggal, ayahnya sempat menolak dibawa ke rumah sakit karena takut "dicovidkan". Istilah yang menuding pihak rumah sakit suka memvonis pasien positif Covid-19
Melansir dariTribunnuewsGuru Besar Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM, Prof DR APT Zullies Ikawatiturut menanggapi hal ini. Ia memaparkan jika interaksi obatbisa saja menimbulkan dampak.