"Bagaimana mungkin kita memperkuat tanpa dukungan masyarakat. Mendukung upaya pencegahan cukup dengan taat prokes dan tidak mudah termakan hoaks," terang dia.
Martina menegaskan, Covid-19 adalah bencana nyata. Sebab Covid-19, rumah sakit dan tempat karantina jadi penuh, angka kematian melonjak, hingga banyak orang kehilangan, orangtua, anggota keluarga dan lainnya.
"Bencana ini nyata. Sangat nyata. Saya tidak peduli dari mana awalnya virus corona, yang pasti korban terus berjatuhan di depan mata kita. Banyak anak yang sudah menjadi yatim piatu, banyak keluarga yang telah kehilangan tulang punggung keluarganya," terang Martina.
Bahkan, kata Martina, selama dua hari ke depan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Aji Muhammad Parikesit tak bisa menerima tambahan pasien Covid-19 maupun non Covid-19 kecuali gejala berat karena keterbatasan kapasitas ruang dan tenaga medis.
Dijelaskan Martina, lonjakan kasus positif di Kutai Kertanegara terus meningkat tiap harinya dengan positif rate 33,19 persen.
Artinya, kata Martina, tiga sampai empat dari 10 orang terkonfirmasi positif Covid-19 setiap harinya.
"Semua sumber daya sudah kita dikeluarkan namun tetap tidak seimbang antara resource (sumber daya) dan demand (kebutuhan). Tenda yang dibuka beberapa hari yang lalu pun terisi, sekarang kami berpikir keras untuk bisa menambah kapasitas ditengah krisis ketersediaan nakes (tenaga kesehatan)," terang dia.
Selain angka positif, kata Martina, angka kematian juga menunjukan peningkatan baik di rumah sakit maupun pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di rumah.
Kondisi pasien makin memburuk bila terserang Covid-19, terlebih pasien dengan komorbid atau penyakit penyerta.
"Jadi ayo dong saudara-saudaraku, kurangi potensi penambahan kasus. Berprinsip tidak mau tertular dan tidak mau jadi penular dengan taat prokes," ajak dia.