Kedua, ABRI yang berusaha meredam kekuatan politik PKI melalui kerja sama dengan organisasi-organisasi masyarakat dan politik non atau anti-komunis.
Ketiga, Partai Komunis Indonesia yang merapat ke Bung Karno.
Gagasan Ahmad Yani, Partai Katolik perlu memiliki media untuk mengimbangi kekuatan PKI.
Keduanya lantas menyetujui gagasan pendirian sebuah koran itu dengan catatan bukan menjadi corong partai.
Koran itu harus berdiri di atas semua golongan, bersifat umum, dan didasarkan pada kenyataan kemajemukan Indonesia.
Serta, harus menjadi cermin realitas Indonesia, mengatasi suku, agama, ras dan latar belakang lainnya.
"Dia harus mencerminkan miniaturnya Indonesia," kata Jakob.
Awalnya, nama yang dipilih adalah 'Bentara Rakyat'.
Namun, saat Frans Seda bertemu Bung Karno, ia tidak setuju dengan nama tersebut dan mengusulkan nama baru, "Aku akan memberi nama yang lebih bagus...'Kompas'! Tahu toh, apa itu kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba!".
Nama pemberian Bung Karno itu kemudian digunakan menjadi nama koran hingga sekarang.
GridPop.ID (*)