Kebetulan, dua ledakan di Beirut terjadi sebelum pengadilan PBB menggelar sidang putusan atas PM Hariri, yang tewas setelah bom truk meledak.
Ledakan bom truk yang menewaskan Rafiq Hariri
Setidaknya empat terduga anggota Hezbollah menjalani sidang in absentia di Belanda.
Pengadilan yang didukung PBB akan memberikan putusannya pada hari Jumat atas empat tersangka anggota Hizbullah yang diadili secarain absentiaatas pembunuhan mantan perdana menteri Libanon Rafik Hariri dalam pemboman mobil Beirut tahun 2005.
Namun, gerakan Syiah Lebanon tidak mengakui Pengadilan Khusus untuk Libanon yang bermarkas di Belanda.
Mereka membantah semua tuduhan dan menolak menyerahkan terdakwa.
Melansirthenational.ae, Senin (3/8/2020), pada 14 Februari 2005, sebuah bom besar meluluhlantakkan konvoi lapis baja Hariri ketika ia pulang untuk makan siang.
Ledakan itu membunuh dia dan 21 orang lainnya termasuk tujuh pengawalnya, serta melukai 226 lainnya.
Dalang pembunuhan tersebut, komandan Hizbullah Mustafa Badreddine diyakini telah tewas di Suriah pada Mei 2016 saat memberikan dukungan militer kepada rezim Damaskus.
Pengadilan Khusus untuk Libanon (STL) pada bulan Juli tahun itu kemudian membatalkan keputusannya untuk mengadili Badreddine secara in absentia, setelah menemukan bukti yang cukup untuk membuktikan kematiannya.