- Vagina kering
- melakukan hubungan intim sebelum terangsang sepenuhnya
- gesekan saat berhubungan intim
- bahan kimia dalam produk kebersihan wanita, deterjen, dan kolam renang
- menyusui
- persalinan
- obat-obatan tertentu, termasuk obat flu, obat asma, beberapa antidepresan, dan obat anti-estrogen
- Diangkatnya induk telur
- kemoterapi dan terapi radiasi
- Infeksi
- penyakit radang panggul (PID), infeksi pada organ reproduksi di perut bagian bawah yang meliputi saluran tuba, ovarium, leher rahim, dan rahim
- infeksi menular seksual (IMS), seperti klamidia
- servisitis, peradangan pada serviks yang terjadi akibat infeksi
- vulvovaginitis, yaitu peradangan pada vulva dan vagina yang sering terjadi akibat infeksi
- Erosi serviks
Kondisi yang juga dikenal dengan nama cervical ectopy atau cervical eversion, juga disebabkan oleh tingginya kadar estrogen, hormon yang bertanggung jawab dalam mengatur sistem reproduksi.
Kendati demikian, kondisi ini dianggap tidak berbahaya dan dapat terjadi dengan sendirinya, serta biasanya terjadi pada orang-orang di bawah ini:
- remaja
- ibu hamil
- orang yang menggunakan kontrasepsi hormonal
- orang yang sedang menstruasi
- Genitourinary syndrome of menopause (GSM)
Perlu diingat, seiring bertambahnya usia, terutama ketika kita mulai berhenti menstruasi, tubuh akan memproduksi lebih sedikit estrogen.
Lalu saaat kadar estrogen lebih rendah, beberapa hal pun akan terjadi pada vagina, termasuk menghasilkan lebih sedikit pelumas vagina, sehingga vagina bisa menjadi kering dan meradang.
Bukan hanya itu. Tingkat estrogen yang lebih rendah juga mengurangi elastisitas vagina, membuat jaringan vagina menjadi lebih rapuh, aliran darah berkurang, serta lebih rentan robek dan iritasi.
Akibatnya, saat berhubungan seks, bisa timbul rasa ketidaknyamanan, rasa sakit, dan pendarahan.