Dari tahun ke tahun, ada saja nama artis yang tertulis dalam daftar Pemilihan Umum (Pemilu).
Di kursi DPR saat ini misalnya, ada Mulan Jameela hingga Krisdayanti yang berkarier di dunia hiburan, lantas terjun ke dunia politik.
Pengamat politik dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Wijayanto menjelaskan, fenomena artis jadi politikus justru merefleksikan keadaan kaderisasi partai politik di Indonesia.
"Kalau dari tahun ke tahun ada artis yang masuk ke pemilu yaitu karena merefleksikan bahwa memang kaderisasi partai politik kita itu masih buruk sampai sekarang," jelasnya.
Menurutnya, partai politik yang mencalonkan pemimpin/kepala daerah hingga kepala negara yang bukan berasal dari kadernya sendiri mengindikasikan adanya krisis kaderisasi dalam partai politik itu.
Artinya partai politik tersebut tidak mempunyai kader sendiri sehingga ia mencari orang yang sudah populer, terutama dari kalangan artis.
Sayangnya, fenomena artis jadi politikus ini terkesan hanya ditujukan untuk mendongkrak popularitas partai.
Sebab, popularitas tersebut tidak diimbangi dengan kapabilitas mereka di dunia politik.
"Masalahnya adalah ada banyak kasus di mana artis yang menjadi anggota dewan, eksekutif, atau pemimpin yang ternyata tidak berperan banyak," tegas Wijayanto.
"Artis-artis ini kemudian hanya menjadi ornamen politik," imbuhnya.
Padahal, Wijayanto mengingatkan bahwa popularitas berbeda dengan elektabilitas.