Follow Us

Bak Ketiban Durian Runtuh, Pemulung Ini Langsung Dapat Rejeki Nomplok Usai Ketiduran di Trotoar Bersama Istri, Pria dengan Jabatan Mentereng Ini Jadi Dalangnya

Lina Sofia - Selasa, 02 November 2021 | 05:32
 
Kusnadi dan istrinya pemulung yang tertidur di trotoar jalan.
Tribun Jakarta

Kusnadi dan istrinya pemulung yang tertidur di trotoar jalan.

GridPop.ID - Nasib seseorang tidak akan pernah ada yang tahu, seperti pemulung ini yang sedang tertidur bersama sang istri di trotoar, tiba-tiba nasibnya beruntung usai dibangunkan sosok ini.

Pemulung tersebut bernama Kusnadi, bersama istrinya ia tertidur di trotoar dekat Bale Indung Rahayu, Purwakarta, Jawa Barat.

Tak jauh dari tempatnya tidur, gerobak berisi macam rongsokan yang jadi teman kerja pasutri itu terparkir di pinggir jalan.

Keduanya saat itu kedapatan sedang kelelahan usai mencaribarangrongsokan.

Gerobak berisibarangrongsokanpun diparkir di pinggir jalan dekat mereka tertidur.

Keduanya pun akhirnya dibangunkan oleh sosok Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi.

Rupanya, pasutri itu memang sering tertidur di sembarang tempat pada siang hari usai kelelahan mencari rongsokan.

"Ini kecapean abis ngerongsok. Tinggal ga ada tempat jadi tidur dimana aja," kata Kusnadi kepada Kang Dedi seperti dilansirTribun Jakarta dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Minggu (31/10/2021).

Kusnadi mengatakan, biasanya dia memulung pada malam sampai pagi hari.

Karenanya, di saat siang, dia sang sang istri kerap mengantuk hingga akhirnya tertidur di sembarang tempat, termasuk di trotoar jalan.

Baca Juga: Punya Jabatan Mentereng di Kampus, Dosen asal NTT Ini Tak Malu Jadi Pemulung Sampah Tiap Pagi, Alasannya Sungguh Mulia

"Saya mulung pakai gerobak. Kalau istri pakai karung nyari rongsokannya," tutur Kusnadi.

Kusnadi mengatakan, dirinya dan sang istri berasal dari luar Purwakarta.

Dia berasal dari Tasikmalaya, sedangkan sang istri dariBandungBarat.

Namun sejak tahun 1996, pria 46 tahun itu sudah merongsok di Purwakarta.

Pekerjaan itu sempat dia tinggalkan beberapa tahun kala dia bekerja di perusahaan sawit di Kalimantan dan Jambi.

Namun usai bekerja di luar pulau, Kusnadi kembali ke Purwakarta dan melanjutkan pekerjaannya sebagai pemulung.

Kusnadi dan sang istri saat diajak berbincang dengan Dedi Mulyadi.
Tribun Jakarta

Kusnadi dan sang istri saat diajak berbincang dengan Dedi Mulyadi.

"Soalnya tenaga sudah gakuat," kata Kusnadi menjelaskan alasannya berhenti bekerja di perusahaan sawit.

Kang Dedi pun menanyakan mengapa Kusnadi tak kembali ke kampung halaman ketimbang jadi pemulung di kota orang.

"Ya gimana ya, udah biasa kerja kemana aja pak," kata Kusnadi.

Menjadi seorang pemulung, Kusnadi mengaku mendapatkan uang rata-rata Rp 60 ribu setiap harinya.

Namun melihat Kusnadi dan istri ketimbang jadi pemulung dan tak punya tempat tinggal, Kang Dedi menawarkan solusi kepada mereka untuk pulang ke kampung halaman.

"Kalau bapak pulang ke Tasik nanti rencananya apa?," tanya Kang Dedi.

"Di sana ada empang kan, ikut ambil ikan, kadang dibawa ke pasar," kata Kusnadi.

Mendengar hal itu, Kang Dedi pun siap memberikan modal kepada Kusnadi dan sang istri agar mereka membuka usaha budi daya ikan di kampung halamannya ketimbang hidup menggelandang di kota orang.

"Dikasih modal untuk bekel usaha ikan.Nanti ditambah modal lagi kalau ketahuan usaha ikannya jalan," ujar Kang Dedi.

Baca Juga: Bak Ketiban Rezeki di Siang Bolong, Pemulung di Yogyakarta Ini Syok Tiba-tiba Dapat Sepeda Motor Baru dari Pria yang Ngaku Utusan Tuhan, Faktanya Bikin Haru

Sebagai informasi tambahan, di tengah situasi pandemi Covid-19, metode budikdamber atau budidaya ikan dalam ember belakangan menjadi populer.

Metode ini banyak diterapkan untuk memelihara ikan lele dalam ember beserta untuk menanam kangkung.

Meski demikian mungkinkah metode budikdamber diterapkan untuk ikan lain termasuk ikan nila?

Juli Nursandi, inovator budikdamber yang juga merupakan dosen budidaya perikanan dari Politeknik Negeri Lampung mengatakan, hal tersebut bisa saja dilakukan.

Menurut dia, filter akuarium tersebut bisa dibeli secara online.

Lebih lanjut, Juli menjelaskan ikan nila berbeda dengan ikan lele, sehingga membutuhkan alat tersebut.

“Nila butuh oksigen tinggi dan air yang jernih,” kata dia.

Menurut dia, berdasarkan percobaan yang ia lakukan satu ember hanya dapat diisi 10-15 ekor nila apabila ingin mendapatkan ukuran ikan dengan lebar 4 jari.

Pada gurame, Juli menjelaskan tidak dibutuhkan aerator. Adapun untuk pakan, ikan lain cenderung lebih hemat karena karena tidak serakus ikan lele.

Juli yang juga banyak membagikan teknik budikdamber dalam akun YouTubenya “Juli Nursandi and Friends OFFICIAL BUDIKDAMBER”

“Perlu kajian lebih lanjut untuk ikan-ikan lain,” jelas dia pada Kompas.com (5/3/2020).

Budikdamber sendiri merupakan salah satu teknik untuk membudidayakan ikan sekaligus bertanam sayuran yang cocok diaplikasikan pada masyarakat yang memiliki lahan sempit.

Beberapa kelebihan budikdamber:

  • Murah dibandingkan aquaponik lain
  • Mudah dibuat oleh siapa saja
  • Aplikatif untuk masyarakat, bisa dipelihara siapapun dari SD sampai manula serta disabilitas.
  • Tangguh di letakkan dimana saja (rumah tengah laut, di gang sempit, atap gedung, teras, pinggir jalan perumahan, daerah sulit air)
  • Bisa dijadikan pola bantuan ketika bencana di penggunsian seperti banjir, kebakaran, wabah covid19 dan sebagainya.
Baca Juga: Demi Bela Nasib Syam Permana, 20 Pengacara Bakal Kawal Proses Hukum sang Pencipta Lagu Dangdut Era 2000an yang Kini Bernasib Nahas, Tim Kuasa Hukum: Harus Membagi Royalti!

GridPop.ID (*)

Source : Kompas.com Tribun Jakarta

Editor : Grid Pop

Baca Lainnya

Latest

Popular

Tag Popular