Pertemuan terakhir dengan Dea, kata Saidin terjadi pekan lalu di sekolah sang anak saat ia menjenguknya.
"Terakhir bertemu itu hari Minggu, saya ke sana jenguk," ujar Saidin kepada Tribun di rumahnya.
Diakuinya, tak ada firasat apa pun saat ia bertemu sang anak kala itu.
Akan tetapi, tiba-tiba semalam, dia justru mendapatkan kabar duka bahwa anak ketiganya itu telah menjadi korban dalam kegiatan susur sungai.
"Saya tahu dari kakaknya yang mondok juga di situ bahwa Dea meninggal. Awalnya kakaknya terus hubungi, tapi lama-kelamaan susah dihubungi," ujar Saidin.
"Kondisi seperti itu membuat saya langsung nyusul ke Ciamis.
Di sana sudah banyak orang, macet, mungkin orangtua dari para korban juga," ucap dia.
Pria berusia 52 tahun itu mengira bahwa sang anak yang menjadi satu-satunya korban, namun pihak sekolah kemudian memberi tahu bahwa ada 10 siswa lain yang juga tenggelam.
"Dari penjelasan pondok bahwa anak saya sedang mengikuti program sekolah. Katanya lagi kegiatan Pramuka pengenalan alam.
Menurut informasi, para korban terpeleset di pinggir sungai lalu tenggelam," jelas dia.
"Masih enggak nyangka anak saya sudah tidak ada, tapi mungkin ini sudah jalannya Allah SWT," kata Saidin.