Mereka yang bisa mendapatkan vaksin Moderna adalah orang yang berusia 18 tahun ke atas.
Sementara, melansir situs CDC, mereka yang tidak boleh mendapatkan vaksin Moderna adalah orang yang pernah mengalami reaksi alergi parah (anafilaksis) atau reaksi alergi langsung, meskipun tidak parah, terhadap bahan apa pun dalam vaksin mRNA Covid-19 (seperti polietilen glikol), seseorang tidak boleh mendapatkan mRNA COVID-19 vaksin.
Jika mengalami reaksi alergi yang parah atau langsung setelah mendapatkan dosis pertama vaksin mRNA Covid-19, tidak boleh mendapatkan dosis kedua dari salah satu vaksin mRNA COVID-19 (Moderna atau Pfizer-BioNTech).
Reaksi alergi yang parah adalah reaksi yang perlu diobati dengan epinefrin atau EpiPen atau dengan perawatan medis.
Reaksi alergi langsung berarti reaksi dalam waktu 4 jam setelah mendapatkan suntikan, termasuk gejala seperti gatal-gatal, bengkak, atau mengi (gangguan pernapasan).
Berdasarkan keterangan di situs FDA, efek samping yang paling sering dilaporkan terkait vaksin Moderna adalah: nyeri di tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening di lengan yang sama dengan injeksi, mual dan muntah, dan demam.
"Sebagai catatan, lebih banyak orang mengalami efek samping ini setelah dosis kedua daripada setelah dosis pertama, jadi penting bagi penyedia dan penerima vaksinasi untuk mengharapkan bahwa mungkin ada beberapa efek samping setelah kedua dosis, tetapi terlebih lagi setelah dosis kedua," demikian penjelasan FDA. Sedangkan berdasarkan informasi CDC, efek samping vaksin Moderna antara lain:
- Pada lengan yang disuntik: Nyeri Kemerahan Pembengkakan
- Di seluruh tubuh Anda: kelelahan Sakit kepala Nyeri otot Panas dingin Demam Mual
Melansir Kompas.com, Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan Satari mengatakan, KIPI yang paling banyak dirasakan oleh penerima vaksin Moderna adalah nyeri di tempat suntikan.
Menurutnya, sejauh ini belum ada KIPI berat atau serius pada vaksin Moderna.