Rindu pada putranya yang mengalami gangguan bicara, di tengah alunan gambus, Bakri bercerita bahwa anak laki lakinya mengalami gangguan bicara sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Sampai hari ini, tidak ada yang tahu mengapa putra semata wayangnya tersebut mendadak bisu.
"Yang menjadi penyesalan saya, karena saya jauh dan hilang kontak dengan anak dan istri. Kalau dibilang rindu, rasanya apa pun yang saya lakukan sepertinya tidak bisa menebus jarak dan kondisi yang terjadi pada mereka selama saya tidak ada di tengah mereka," katanya.
Dari kabar yang ia dengar, putranya sudah sering dibawa berobat ke orang pintar maupun dokter, namun sayangnya belum ada perubahan atas kondisi anaknya.
Rasa penyesalan, bersalah dan bercampur kerinduan itu pula yang membuatnya serba salah, selama ini, keadaan memaksanya tak dapat kembali ke Malaysia.
Namanya sudah masuk dalam daftar hitam Imigresen Malaysia sehingga ia hanya berharap mendapatkan kabar baik bagi anak dan istrinya.
"Mau bagaimana lagi? Apalagi sekarang tidak ada diizinkan orang melintas karena ditutup jalurnya (lockdown).
Saya hanya bisa menunggu saja, meski tak pernah berkabar, lambat laun pasti mereka tahu keberadaan dan kondisi saya," tuturnya.
Meski memendam kerinduan dan penyesalan mendalam karena tak dapat mendampingi keluarga sejak dideportasi, Bakri tak pernah patah semangat.
Ia memiliki harapan bisa mendapat kabar baik tentang anak istrinya yang sudah menjadi warga Malaysia.
"Saya selalu ada harapan, saya punya doa yang menjadikan kesedihan ringan dan semangat masih ada selagi badan masih bernyawa," tutur dia.