Dulu, selain uang bantuan bulanan dari JKM, mata pencaharian utamanya adalah sebagai tukang pijat. Selain bekerja dengan seseorang, ia juga memijat dari rumah ke rumah.
Penghasilannya sebagai tukang pijat dulu cukup untuk menghidupi istri dan dua anaknya yang berusia 14 dan 7 tahun.
Pandemi mulai melanda, dia termasuk warga Malaysia yang kehilangan sumber penghasilan. Sejak itu, hidupnya berubah dan ia harus berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lainnya bahkan ia dulu pernah tinggal di sebuahkontrakan kecil.
Putri sulungnya terpaksa harus tinggal bersama nenek di desa karena tinggal di kontrakan sangat tidak cocok untuk seorang gadis belia.
Khawatir diusir lagi, ia bertekad melunasi tunggakan sewa dengan meminjam dari rentenir yang berlindung di balik nama perusahaan pembiayaan berizin.
Dia diharuskan membayar RM300 untuk tujuan memproses pinjaman sebesar RM2.000 yang diajukan untuk tujuan melunasi tunggakan sewa.
Meskipun di saku jelas ia tak punya uang, tetapi mengingat jumlah RM2.000 yang akan disetujui nanti, dia bertekad untuk mencoba membayar biaya pemrosesan pinjaman juga.
Untuk mendapatkan RM300, dia meminjam dari seorang kenalan dan berjanji untuk segera melunasinya setelah dia mendapatkan pinjaman RM2.000.
Beberapa hari setelah membayar biaya administrasi, dia dihubungi dan diberitahu bahwa pinjamannya telah disetujui sebesar RM5.000.
Namun, sebelum pembayaran RM5.000 dilakukan, dia diharuskan menyetor RM500 ke dalam laporan perusahaan. Kali ini, dia benar-benartak habis pikir.