Inovasi dilakukan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan mengembangkan teknologi pengendus Covid-19 (GeNose). GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 lewat embusan napas seseorang.
Berbagai kelebihan itu pula yang lantas membuat Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Sorparno mendukung penuh rencana produksi massal GeNose.
"Produksi massal GeNose akan mempermudah dan meringankan beban masyarakat yang ingin melakukan test Covid-19 karena estimasi harga per pemeriksaannya hanya 25 ribu.
Apalagi mengingat PCR maupun swab antigen yang harganya masih relatif mahal dan memberatkan masyarakat serta kadang-kadang sulit untuk dikontrol harganya," ujar Eddy Rabu (20/1/2021) seperti dikutip dari Tribunnews.com.
"Apalagi sudah teruji dan terbukti tingkat sensitivitasnya dan spesifitasnya, nanti kan akurasi di atas 90%. Begitu juga dari aspek aspek kepraktisan karena GeNose itu relatif portabel dan bisa dibawa kemana-mana," tambahnya.
Namun siapa sangka, rencana produksi massal dan penggunaan mesin GeNose ini justru menuai peringatan dari Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman.
Melansir Kompas.com, Dicky meminta pemerintah untuk tidak terburu-buru dalam mengeluarkan kebijakan terkait pandemi covic-19 ini.
"Sekali lagi dalam kondisi seperti ini kita jangan terburu-buru, sehingga bukannya meningkatkan respons terhadap pandemi, justru malah kontraproduktif," tuturnya.
Ia juga meminta mesin GeNose ini digunakan dalam proporsi yang tepat sebagai alat baru yang masih dalam tahap uji.