Biasanya Andi Niswa memenuhi kebutuhannya dengan bekerja sebagai buruh ikat bibit rumput laut. Saat ini sudah 10 hari berhenti kerja karena ia tidak tega meninggalkan anaknya sendirian.
Berhenti dari pekerjaan mengikat bibit rumput laut atau biasa disebut mabettang oleh penduduk setempat, membuat keluarga ini terpuruk.
Kalau biasanya hasil mabettang bisa dibelikan bahan makanan dan sebagian disisihkan untuk arisan, kini tidak ada penghasilan yang menjamin kebutuhan hidup keduanya.
"Kadang izin pergi kerja sama anakku, tapi di tempat kerja ditelepon suruh pulang, kepikiran terus juga sama keadaan anakku, tapi kalau berhenti, bagaimana kami bisa makan?" katanya pilu.
Tidak satupun keluarga datang karena takut Susi mengidap corona.
Sakit Susi dikatakan datang secara tiba tiba. Suatu hari Susi mengeluhkan sekujur badannya sakit dan pegal pegal, setelah itu keesokan harinya ia tidak bisa bangun dari tempat tidur. Sendinya mendadak lemah. Bahkan untuk buang air, ia harus dipapah menuju kamar mandi.
Susi juga mengalami batuk berat berdahak. Setiap kali dia batuk, perutnya terasa sakit dan keringatnya bercucuran.
‘’Sudah saya kasih tahu semuanya, keluarga banyak di Nunukan, omnya, tantenya, sepupu, semua bilang takut kena corona, padahal bukan corona dia ini kasihan, memang sakit dia,’’katanya.
Andi Niswa masih berusaha tegar, namun duka dan perasaan seorang ibu tak mampu membendung buliran air mata yang terus keluar, kesedihan semakin menyeruak, beberapa kali ia menyeka air mata dengan kerudung yang ia kenakan.