Pada akhir Januari 2020, China merilis sekuens genom lengkap dari SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Namun, saat itu mekanisme penularan awal virus corona masih belum jelas.
Sekuens genom SARS-CoV-2 ini pun dapat dilihat oleh semua orang dan para peneliti di seluruh dunia dapat melakukan penelitian lebih lanjut dari data tersebut.
"Kemudian di awal Februari, itu ada paper dari India. Jadi mereka menganalisa sekuens lengkap itu dan menemukan ada inversi (susunan) sekitar empat atau lima asam amino yang seperti inversi di virus HIV. Artikelnya ini baru preprint belum yang peer-review," kata Ahmad.
Sebelumnya perlu diketahui, preprint merupakan pengarsipan artikel (self archiving) secara online yang dipersiapkan untuk publikasi formal. Para peneliti menggunakan preprint server sebagai media untuk diskusi dan open peer-review.
Sementara makalah peer-review adalah hasil penelitian yang sudah melalui proses penelaah sejawat.
Penelitian itu dilakukan oleh Indian Institute of Technology (IIT), salah satu badan penelitian well respected atau sangat dihormati.
Dalam laporan tersebut, IIT memberi judul yang sangat profokatif, yakni "Uncanny similarity of unique inserts in the 2019-nCoV spike protein to HIV-1 gp120 and Gag".
Penggunaan kata "uncanny" atau luar biasa dalam judul dan kata "tidak mungkin kebetulan" dalam abstrak, membuat beberapa peneliti lain berpikir bahwa para penulis berpendapat virus corona baru entah bagaimana merupakan rekayasa manusia.
Makalah tersebut didiskusikan banyak ilmuwan dari seluruh dunia. Dalam waktu kurang dari 24 jam, para ilmuwan mengkritik makalah tersebut.