"Untuk bisa memprediksi kemampuan alat untuk memeriksa negatif&positifnya penyakit dlm suatu populasi,dlm penelitian ada tools yg kita pake untuk mengukur itu namanya Predictive Value. Sayangnya COVID-19 ini adalah penyakit baru yg alat tesnya juga baru shg kita blm punya datanya," tambahnya.
Shela menegaskan kembali bahwa di dalam dunia kedokteran, tidak ada hal yang bisa diyakini 100 persen.
Para dokter selalu menggunakan probabilitas.
Diagnosis penyakit pun selalu ada alternatifnya, yang biasa disebut sebagai diagnosis banding.
Jadi, bisa saja seseorang yang diduga terjangkit corona di awal, ternyata bukan.
Begitu pula dengan sebaliknya.
Berkaitan dengan apa yang ia unggah melalui akun Twitternya yang bernama @oxfara itu, dr Shela pun membuat disclaimer.
"Disclaimer: saya bukan orang yang paling kompeten terkait penyakit infeksi maupun virus Corona, semua yg saya paparkan sudah ada di jurnal ilmiah dan hanya saya bahasakan secara awam. Opini yang saya paparkan tidak mewakili pihak manapun," tulis Shela Putri Sundawa.(*)