2. Pengiriman sampel terlalu lama sehingga rusak
3. Waktu pengambilan sampel saat kadar virus masih sedikit
4. Alat pemeriksaan yang digunakan defek
5. Kadar virus di bawah batas kemampuan deteksi alat," tulis Shela.
dr. Shela menambahkan bahwa alasan-alasan itu kemudian membuat CDC Amerika Serikat memberikan kebijakan jika ada terduga COVID-19, maka diperlukan pemeriksaan dua kali dengan jarak lebih dari 24 jam.
"Karena alasan ini, kebijakan CDC Amerika jika ada terduga COVID-19 maka untuk menyingkirkan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan 2 kali dengan jarak diantaranya >24 jam. Hal ini untuk mengurangi risiko false negative," tambahnya.
Ia juga menjelaskan pengertian dari istilah false negative, yaitu kondisi ketika hasil tes negatif padahal penyakitnya ada.
Menurutnya, hal tersebut biasa di ranah kedokteran lantaran tidak ada alat di dunia ini yang dapat mendeteksi penyakit hinggs 100 persen akurat.
"False negative itu apa? False negative atau negatif palsu adalah hasil tes yang negatif padahal sebenarnya penyakitnya ada. Ini biasa bgt di kedokteran karena tidak ada alat di dunia ini yg bisa mendeteksi penyakit dengan benar 100%," pungkas penyiar podcast Relatif Perspektif itu.