Selain tetangga sekitar, beberapa kali suster atau petugas dari Paroki mengantar beras untuk dimasak.
Beberapa kali Martinus mendapatkan uang dari warga. Uang itu digunakan untuk membeli sayurang dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
"Masakan nasi dan sayur dari Bapak Martinus sangat enak untuk mereka makan bertiga," ujar Wangku.
Tunanetra sejak kecil
Wangku menjelaskan, dari berbagai cerita tetangga, Martinus mengalami tunanetra sejak lahir.
Beberapa tahun silam, Martinus pernah dirawat di salah satu panti di Kupang serta dilatih kepekaan.
Ia dilatih untuk bisa meraba uang atau benda lainnya di pantai tersebut.
Setelah memiliki keterampilan itu, Martinus pulang ke Kampung Mano Nancang dan menetap di kampung tersebut.
Ia kemudian menikah dengan Paulina. Dari pernikahannya, Martinus memiliki dua anak.
Anak sulungnya, Fransiska dan Berno Edon (14) yang kini duduk di kelas II SMPN 6 Mano. Berno mendapatkan beasiswa untuk sekolah.
Wangku menjelaskan, anaknya yang sakit biasa cari kayu api untuk masak. Namun, kadang-kadang anak itu hanya bisa membawa beberapa batang kayu.