Follow Us

33 Tahun Jaga Hutan Buatannya hingga Pernah Dijadikan Lokasi Skripsi Mahasiswa Jepang, Kakek Suhendri Tolak Mentah-mentah Uang Rp 10 Miliar, Alasannya Bikin Baper!

Andriana Oky - Minggu, 03 November 2019 | 14:00
 
Kakek Suhendri, sosok yang menolak Rp 10 miliar demi menjaga hutannya
KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON
KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON

Kakek Suhendri, sosok yang menolak Rp 10 miliar demi menjaga hutannya

GridPop.ID - Indonesia didapuk menjadi salah satu negara dengan julukan "paru-paru dunia".

Namun, beberapa waktu belakangan ini terjadi banyak kasus kebakaran hutan yang terjadi Tanah Air.

Diberitakan Kompas.com, beberapa kasus kebakaran yang jadi perbincangan yakni kebakaran hutan yang terjadi di Riau, Pegunungan Ijen, Jambi dan Kalimantan.

Tak sedikit orang yang menjadi korban dari kasus kebakaran hutan dan lahan ini.

Seolah berbanding terbalik dengan cerita kasus kebakaran hutan dan lahan, ada seorang kakek di Kalimantan Timur ini sukses mencuri pencuri perhatian publik.

Baca Juga: Punya Firasat Buruk, Mbak You Prediksi Akan ada Pasangan Artis yang Bercerai karena Terjerat Kasus Penipuan dan Hutang Piutang: Rumah Tangga Mereka Banyak Utang Luar Biasa!

Bukan karena usia atau apapun, kakek 78 tahun ini viral di media sosial lantaran kisahnya yang menginspirasi.

Adalah kakek Suhendri yang kini namanya ramai diperbincangkan di media sosial.

Merujuk artikel terbitan Kompas.com, Kakek Suhendri dikenal sebagai sosok yang sangat berjasa bagi Kabupaten Kutai Kertanegara.

Berkat kerja keras pria 78 tahun itu, Kabupaten Kutai Kertanegara (Kukar), Kalimantan Timur, masih bisa menghirup udara segar.

Baca Juga: Bikin Merinding! Kru Bus Mengaku Lihat Wanita Cantik dan Misterius Temani Sopir Sebelum Tersesat di Hutan Wonogiri, Begini Fakta Sebenarnya dari Kapolsek

Kakek Suhendri sudah menanam pohon yang kini menjadi hutan di tengah Kota Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kukar.

Diakui Suhenderi ia pernah ditawari Rp 10 miliar oleh seorag pembeli agar mau menjual tanah 1,5 hektar itu, namun ditolaknya.

Komitmen itu tetap ia pegang hingga saat ini, mesik banyak investor yang ingin membli lahan seluas 1,5 hektar miliknya untuk dijadikan perumahan.

“Banyak yang datang mau beli, tapi saya tidak mau. Apalagi mau bikin perumahan, saya tidak mau, lingkungan rusak," ungkap Suhendri seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Kini Jadi Anggota Dewan, Dulu Krisdayanti Hidup Menderita hingga Makan dan Tidur di Hutan Belantara Ditemani Anang, Kantong Matanya Sampai Menghitam, Tangis pun Pecah

Lahan seluas 1,5 hektar itu dibelinya dengan harga Rp 100 ribu tahun 1979 untuk bertani dengan konsep agroforestri, menggabungkan pepohonan dengan tanaman pertanian.

Awalnya lahannya ia tanami dengan komiditas pertanian seperti lombok, sayuran juga buah-buahn. Di tahun 1986 ia mulai menanam (pohon) kayu setelah mendapat bibit dari Bogor, Jawa Barat.

Ada 1.000 bibit kayu damar, meranti, kapur, pinus, kayuputih, ulin, dan sengon. Kini hutan ini memberi udara segar bagi warga Kota Tenggarong.

Saat itu ia ikut membangun asrama milik perusahaan kayu. Saat itu juga sedang marak-maraknya bisnis kayu. Dia menyaksikan kayu ditebang, berhektar-hektar hutan gundul tanpa sisa.

Baca Juga: Demi Hidup Bersama Selingkuhan, Seorang Istri Bunuh Suaminya dengan Suntikan Lalu Bakar Mayatnya di Hutan, Aksinya Terbongkar Gara-gara Sup Kambing

"Dari situ muncul motivasi. Saya akan merawat hutan. Saya kemudian beralih jadi petani tapi garap lahan orang lain," ujar dia.

Saat bertani, ia pernah diusir pemilik lahan karena kesuksesannya membangun pertanian, hingga akhirnya ia embeli lahan sendiri dengan cara menyicil hingga lunas.

“Saya sempat diusir karena hasil tanaman saya banyak. Ibu menjual hasil pertanian di pasar, saya dikeluh orang sekitar minta pemilik lahan usir. Zaman dulu banyak yang masih kebun berpindah-pindah, saya sendiri yang bertani tetap,” ujar Suhendri.

Baca Juga: Bakal Jadi Ibu Kota Baru Indonesia, Kondisi Hutan Bakau Alami di Penajam Paser Utara Bikin Kaget Aiman Witjaksono: Ini Benar Nih Ada Buaya?

Setelah lunas ia kembali mencicil lahan seluas satu hektar terpisah, namun lokasinya berdekatan. Dua lahannya itu Suhendri jadikan hutan.

Berkat usahanya, Suhendri mendapat penghargaannya dari berbagai pihak. Hutannya yang terletak di tengah kota kerap dijadikan tempat penelitian mahasiswa.

Bahkan hutan milik Suhendri pernah menjadi lokasi penelitian skripsi asal Jepang.

Kini, bersama istrinya Junarsa (80), Suhendri bermukim di tepi hutan miliknya, menjaga hutan yang telah ia pagari menggunakan kayu.

Baca Juga: Nunung Sempat Beli Sabu dengan Berhutang, Tak Disangka Dulu Kaya Raya hingga Ngaku Beli Celana Dalam Seharga Rp 5 Juta

“Saya tidak jual. Saya harap ada orang yang bisa melanjutkan merawat hutan ini meski pun bukan keluarga saya,” harap Suhendri.

"Saya menyiapkan oksigen bagi masyarakat di kota ini," ujar Suhendri menambahkan. (*)

Source : Kompas.com

Editor : Grid Pop

Baca Lainnya

Latest

Popular

Tag Popular