Follow Us

Menyayat Hati, Seorang Ibu Korban Gempa Maluku Terpaksa Melahirkan dalam Gubuk Reyot yang Tergenang Air saat Terjadi Badai dan Hujan Lebat, Begini Kondisi Bayinya

Bunga Mardiriana - Sabtu, 05 Oktober 2019 | 06:35
 
Gubuk reot yang dijadikan tempat mengungsi Wa Ona Windi dan keluarganya di hutan Desa Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. Digubuk inilah Windi melahirkan bayi perempuannya, Kamis malam (3/9/2019).
KOMPAS.com/RAHMAT RAHMAN PATTY

Gubuk reot yang dijadikan tempat mengungsi Wa Ona Windi dan keluarganya di hutan Desa Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. Digubuk inilah Windi melahirkan bayi perempuannya, Kamis malam (3/9/2019).

Kondisi itu membuat warga belum berani turun ke perkampungan mereka dari hutan-hutan dan perbukitan.

Menurut La Sididi, setelah melahirkan, putrinya sempat dievakuasi ke rumah mereka di Dusun Waitasi.

Namun, karena gempa terus terjadi, putrinya itu kembali ke lokasi pengungsian yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari rumah mereka.

Baca Juga: Pria Ini Nyaris Tabrakkan Diri ke Jembatan Gara-gara Setahun Tak Berhubungan Intim Usai Sang Istri Melahirkan, Tak Disangka, Fakta Dibaliknya Bikin Shock!

“Anak saya sudah naik lagi ke gunung sambil berjalan kaki, karena tadi gempa sangat kuat barusan terjadi pas mau shalat Jumat,” kata La Sadidi.

Menurut La Sadidi, warga di Dusun Waitasi dan dusun-dusun lainnya hingga kini masih berada di lokasi pengungsian dan belum berani turun ke perkampungan.

Selama sepekan mengungsi di perbukitan, banyak warga belum juga mendapat bantuan baik tenda, sembako maupun selimut.

Baca Juga: Sempat Ditutup Rapat, Sandra Dewi Akhirnya Ungkap Telah Melahirkan Putra Keduanya Sejak 7 Hari yang Lalu, Selamat!

Selain itu, belum ada bantuan medis dan obat-obatan.

“Kita hanya dapat beras 5 kilogram dan sarimi. Kalau posko kesehatan obat-obatan dan tenaga medis di lokasi pengungsian tidak ada sama sekali,”kata La Sadidi.

Menurut La Sadidi, tenda dan selimut paling dibutuhkan, karena cuaca buruk yang terjadi.

"Memang kemarin ada bantuan tenda, tapi hanya tujuh dan itu tidak bisa menampung ribuan pengungsi,” kata La Sadidi. (*)

Source : Kompas.com

Editor : Grid Pop

Baca Lainnya

Latest

Popular

Tag Popular