Pada Sabtu, lanjut Muanam, ada sejumlah murid yang tidak masuk sekolah.
Namun, dia tidak bisa memastikan alasan dari murid lainnya yang tidak masuk sekolah.
Pada hari itu, sekolah tetap masuk seperti biasanya meski pada saat bersamaan ada kegiatan pawai atau karnaval budaya di Kota Jombang.
"Hari Sabtu lalu tidak libur, sekolah tetap masuk," kata Muanam.
Saat dikunjungi wartawan di kediamannya, Subeki, wali murid yang menuliskan surat untuk putrinya, tak menampik bahwa surat beserta isinya yang beredar luas melalui aplikasi Whatsapp ditulis olehnya. Subeki adalah warga Dusun Gebang Malang, Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.
Saat ini putrinya duduk di kelas 3 MISS Bandung II Desa Bandung.
Surat itu, jelas dia, ditulis karena anaknya sejak pagi menangis tidak mau sekolah.
Anaknya meminta untuk melihat karnaval atau pawai budaya yang digelar di Kota Jombang.
"Pada tanggal 21 September itu, setelah anaknya sarapan mau saya mandikan, gak mau, berontak terus minta nonton karnaval. Terus berontak, saya beri nasehat, sekolah lebih penting dari karnaval. Tapi anaknya terus berontak minta nonton karnaval," tutur Subeki.
Karena tidak bisa menggoyahkan pendirian anaknya untuk menonton karnaval, Subeki akhirnya mengalah.