Setiap hari, ia menyisihkan Rp 5.000 dan berharap suatu saat nanti tabungan itu bisa untuk menunaikan ibadah haji.
"Dari hasil jualan itu, saya selalu meniatkan untuk menabung sebagai biaya untuk naik haji walau sedikit per hari saya tabung 5 ribu rupiah," tutur Sahyun sambil mengusap air mata bahagia.
Perjalanan sebagai penjual rujak memang tidak selalu mulus dialami oleh Sahyun.
Suatu ketika, rujak Sahyun pernah difitnah mempunyai jampi-jampi pelaris.
Pasalnya, rujak jualannya dinilai sangat laris bahkan hingga anak-anak menangis minta untuk dibelikan rujak Pah Sahyun.
"Duka yang saya paling ingat itu, pernah dibilang saya pakai jampi-jampi karena laris. Anak-anak kalau melihat rombong rujak saya menangis minta untuk dibelikan," tutur Sahyun.
Sementara itu, Kaidah, istrinya selalu setia menemani hidup Sahyun bertugas membuat bumbu rujak dan pergi ke pasar membeli buah setiap harinya.
"Kalau saya tugasnya membuat bumbu rujak, ngulek-ngulek sambal, dan pergi ke pasar membeli buah, seperti jambu, bengkoang, mangga, pepaya, dan buah yang lain," kata Kaidah.
Sebelum berjualan rujak, bapak empat anak ini pernah menggeluti bermacam-macam pekerjaan dari buruh, berjualan es, hingga berjualan bakso.
Tetapi hal itu dirasanya bukan jalan terbaik untuk mengais rezeki, hingga pada 2012 ia beralih menjadi tukang rujak sampai saat ini.