"Kalau musim kering masih bagus. Tetapi kalau sudah hujan begini, nyawa anak kami pun terancam karena air sungai terlalu deras," tuturnya.
Sementara itu, Kepala SMP Satu Atap Nangalanang Silvester Jhon mengatakan, ketika jembatan darurat yang dibuat oleh warga Desa Lidi itu hanyut diterjang banjir, siswa dan guru SD dan SMPN Satap Nangalanang menjadi terhambat.
"Air laut pasang di kali atau muara tersebut. Siswa dan guru pulang sekolah harus menunggu air pasang surut. Pada pagi, anak-anak dibantu orangtua menyeberangi suangi. Ada juga yang bisa menyeberang sendiri," ungkap Jhon.
Ia melanjutkan, pihaknya mengharapkan para pemangku kepentingan mau memperhatikan infrastruktur jembatan Desa Lidi.
Jhon menjelaskan, Kali Pinarangkat terletak di antara Desa Beangencung dan Desa Lidi dan menjadi pembatas di antara dua desa tersebut.
Peserta didik SMP dan SD Nangalanang sebagian besar berasal dari Desa Beangencung.
Sementara lokasi SMP dan SD Nangalanang terletak di wilayah administrasi Desa Lidi.
"Kami tidak minta yang lain, cukup bangun jembatan saja. Kasihan anak-anak dan para guru setiap musim hujan harus melawan arus sungai menuju sekolah," ujarnya.
Pertarungan alam dengan anak-anak demi mencapai sekolah memang bukan sekali terjadi di daerah pedalaman di Indonesia.
Pada 2018 lalu, pemandangan yang sama juga terjadi pada anak-anak SD yang tinggal di Kecamatan Tellulimpoe, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
Dikutip dari Grid.ID, hal itu nampak pada foto dan video yang dibagikan oleh akun Facebook Eris Riswandi.
Aksi nekat siswa sekolah seberangi sungai berarus sangat deras