Namun menurut Al-A’lam dan Mujam Muallim, dua kitab yang membahas tokoh dan guru yang berpengaruh di dunia Islam, ia wafat pada 1316 H/1898 M.
Syekh Nawawi Al-Bantani adalah salah satu dari tiga ulama Indonesia yang mengajar di Masjid Al-Haram di Makkah Al-Mukarramah pada abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Syekh Nawawi sendiri menjadi pengajar di sana sampai akhir hayatnya yang kemudian dilanjutkan dua muridnya, Ahmad Khatib Minangkabau dan Syekh Mahfudz Termas.
Syekh Nawawi Al-Bantani yang mendapatkan gelar Sayyidu Ulama’ al-Hijaz ini dimakamkan berdekatan dengan makam istri Nabi Muhammad, Sayyidah Khadijah.
Gelar Syekh Nawawi Al-Bantani pun berarti Sesepuh Ulama Hijaz atau Guru dari Ulama Hijaz atau Akar dari Ulama Hijaz.
Yang menarik dari gelar di atas adalah ia tidak hanya mendapatkan gelar Sayyidu Ulama al-Indonesia sehingga bermakna, bahwa kealimannya tidak hanya diakui di semenanjung Arabia, namun juga di tanah airnya sendiri.
Meski wafat di Jazirah Arab, namun hingga kini setiap tahunnya selalu diadakan haul atau peringatan wafatnya Syekh Nawawi al-Bantani di tanah air, tepatnya di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara di Tanara, Serang, asuhan K.H. Ma'ruf Amin.
Haul Syekh Nawawi selalu ramai dihadiri para santri Nusantara, bahkan mancanegara.
Selain itu, ia juga mendapat gelar al-imam wa al-fahm al-mudaqqiq yang berarti Tokoh dan pakar dengan pemahaman yang sangat mendalam.