Dianggap Paling Senior di Sekolahnya, Pelaku Pemerkosaan Siswa SMA yang Minta Motor Ninja Untuk Syarat Nikah Merasa Pantas Lakukan Perbuatannya

GridPop.ID - Beberapa waktu lalu sempat beredar kabar siswa SMA di Bangun Rejo, Lampung Tengah yang memperkosa teman sekolahnya sendiri.

Siswa SMA yang diketahui berinisial IFD tersebut (20) telah ditangkap pada Jumat (17/5/2019) lalu oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reskrim Polres Lampung Tengah.

"Satuan Reskrim mendalami kasus tersebut, mengumpulkan barang bukti dan mengirimkan visum Et repertum korban. Tersangka ditangkap di rumahnya di Bangun Rejo, Jumat (17/5) sekitar pukul 11.00 WIB," terang Kasat Reskrim Polres Lampung Tengah, AKP Firmansyah seperti dikutip GridPop.ID dari Tribun Lampung.

Baca Juga: Ngaku Dirinya Dijual dan Diperkosa Kepada Polisi Namun Tak Ditanggapi, Janda Berusia 20 Tahun Ngotot Bakar Diri

IFD memperkosa kekasihnya sendiri yakni NP pada tahun 2018 lalu.

Saat itu pelaku memaksa korban untuk melakukan hubungan intim.

Usaha korban untuk menolak gagal karena ia dipaksa oleh kekasihnya.

Baca Juga: Perkosa Kambing Tetangga, Pria Ini Diseret ke Pengadilan Usai Pemiliknya Dengar Suara Aneh dari Kandang

Hingga beberapa bulan kemudian NP akhirnya hamil.

Saat dimintai pertanggung jawaban, IFD justru menyuruh NP untuk menggugurkan kandungannya.

Tak hanya itu, IFD juga mengajukan syarat pada orang tua korban berupa satu unit motor Ninja dan uang Rp 7 juta untuk menikahi NP.

Baca Juga: Hanya Gara-gara Ayam Peliharaannya Diracun Hingga Mati, Pria Ini Tega Perkosa Seorang Nenek Untuk Balas Dendam

Ayah korban yang hanya buruh tani, tak bisa memenuhi permintaan pelaku tersebut.

Karena kesal dengan tingkah pelaku, orang tua korban melaporkan IFD ke polisi.

Mirisnya, saat diinterogasi oleh polisi IFD mengaku bahwa perbuatannya tersebut menurutnya lumrah ia lakukan.

Baca Juga: Mangkir dari Tugas Selama Setahun, Mantan Anggota TNI di Kendari Ini Culik dan Perkosa 6 Siswi SD!

"Ternyata kata tersangka ia melakukan persetubuhan seperti sudah biasa. Ia beranggapan perbuatannya itu adalah hal yang lumrah, dan memang informasi yang kita dapat korbannya lebih dari satu orang," ujar Eko Yuono selaku Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA).

Di lingkungan sekolahnya, IFD juga dianggap orang yang paling senior.

Hal tersebut dikarenakan IFD yang sudah berusia 20 tahun namun masih menginjak kelas II SMA. (*)