Di sisi lain, Prabowo justru menolak real count yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Padahal, real count kubu 02 berbasis C1 seperti real count versi KPU.
Menurut Arsul, BPN sebetulnya punya modal untuk memprotes hasil perhitungan di ruang rekapitulasi dengan berbekal real count versi mereka itu.
Baca Juga: Pendukungnya Ancam Penggal Kepala Jokowi, Prabowo Diminta Jangan Diam dan Bersembunyi
"Jika sama-sama berbasis C1 mestinya kalaupun ada perbedaan ya dipertunjukan dong di ruang rekapitulasi suara KPU. Bukan diungkapkan di luar KPU," ujar Arsul.
Belum lagi soal daftar pemilih tetap (DPT) tak wajar sebesar 17,5 juta.
Menurut Arsul, tuduhan BPN atas hal itu sudah dijawab oleh KPU.
Dia heran kenapa sekarang persoalan DPT ini diributkan kembali.
Tadi malam, Prabowo juga sudah mengklaim menang dengan perolehan suara 54 persen.
Arsul berpendapat sebaiknya Prabowo dan BPN tetap pada keyakinan tersebut tanpa harus menuding ada kecurangan.
Baca Juga: Gelar Shalawatan, Pendukung Jokowi dan Prabowo Kumpul Bareng: Kompetisi Harus Diakhiri!