Yuni mengaku, sebenarnya dirinya pun sempat meminta ongkos lebih dari yang ditetapkan di aplikasi sebesar Rp 230 ribu.
Hal ini biasa terjadi untuk pengemudi yang beroperasi ngalong.
"Biasanya dua kali lipat dari harga atau setengahnya. Makanya harganya jadi 400.000. Tapi pas sampai saya dikasih Rp 430.000, saya tolak yang Rp 30.000. Saya terima sesuai kesepakatan," katanya.
Baca Juga : Persalinannya Dianggap Janggal, Meghan Markle Dituding Berbohong dan Lakukan Konspirasi
Ditemui terpisah Kamis (9/5/2019), Humas RSU dr Slamet Garut Iwa Kartiwa membenarkan adanya pasien meninggal dunia yang pulang menggunakan jasa Grab.
Hal ini terjadi karena kesalahan komunikasi dengan keluarga pasien.
Iwa yang ditemui di ruang kerjanya menyampaikan saat pasien meninggal, semua ambulan yang ada sedang keluar mengantar pasien lain.
Petugas di IGD pun telah mengantar keluarga pasien ke tempat ambulan dan memperlihatkan tarif ambulan ke Banjarwangi seharga Rp 400.000.
"Keluarga pasien tidak komunikasi lagi. Padahal kalau meminta keringanan bisa. Ada petugas yang bisa memutuskannya," katanya.
Pihak RSU sendiri baru mengetahui jenazah pasien dibawa menggunakan Grab setelah ada mobil masuk ke rumah sakit.
Saat bersamaan, supir ambulan juga baru tiba dan melihat jenazah pasien dibawa menggunakan Grab.
Sementara soal besaran tarif biaya ambulan hingga Rp 900.000 seperti yang disampaikan keluarga pasien, Iwa mengaku masih menelusuri siapa yang meminta biaya sebesar itu.