Andriana mengatakan ia sudah mengeluarkan flek (bercak darah) sejak tanggal 10 April 2019 lalu setelah mengikuti pelatihan sebagai petugas KPPS di Mataram seharian penuh.
"Saya mengandung anak pertama, karena kelelahan keluar bercak darah atau flek. Kata dokter saya hanya butuh istirahat saja selama 2 hari," tuturnya.
Andriana sebagai petugas sekretariat di Kantor Desa Di Paok Motong, Kecamatan Masbagik bertangungjawab menerima, mencatat dan menjaga keamanan logistik bersama empat orang rekannya serta aparat kepolisian dan TNI.
Puncaknya, pada hari pencoblosan 17 April 2019, Andriana harus tetap berjaga karena proses pengiriman logistik ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dilakukan hingga dini hari.
Andriana tetap berada di sekertariat PPS bersama seorang rekannya menunggu pengembalian kotak suara dan C1 ke PPS.
"Saya hanya berdua dengan rekan saya di sekretariat menjalani tugas itu. Apalagi di desa saya ada 40 TPS. Kami harus mengecek pengembalian C1 dan kotak suara sampai pagi. Sama sekali tidak istirahat. Semua harus dicek jika ada masalah. Pulang dari sana, darah segar keluar dari rahim," katanya.
Baca Juga : Digrebek Petugas Satpol PP, SPG di Aceh Kepergok Sedang Ngamar Bersama Bosnya di Sebuah Hotel
Andriana lalu di bawa keluarganya ke Rumah Sakit Risa Selong, Lombok Timur dan dirujuk ke Rumah Sakit Dokter Soedjojono, Selong.
Namun, Andriana mengaku bahagia bisa mengabdi dan bertugas untuk kepentingan negara.
Adriana bersama suami nya masih terus berdoa agar putri kecilnya bisa bertahan. Selama perawatan, mereka menggunakan uang pribadi.
"Kami ini dengan bahagia mengabdi dan bertugas. Rame-rame dibicarakan soal santunan. Sebenarnya bukan itu saja yang kami harapkan. Perhatian pihak KPU sekedar melihat kondisi kami. Menjenguk sudah membuat kami bahagia," ungkapnya.