Melansir buku Cintailah Jantung Kita: Mencegah Serangan Jantung (2016) I Wayan Wita, diterangkan bahwa persentase penderita yang tidak berhubungan badan setelah serangan jantung bervariasi.
Umumnya yang terjadi, yakni sekitar seperempat dari jumlah penderita atau 1 di antara 4 orang tidak berhubungan seks, seperempatnya lagi tidak mengubah frekuensi, dan separuhnya menurunkan aktivitas seksualnya.
Para peneliti pun menemukan berbagai alasan yang disampaikan oleh para penderita gangguan jantung yang mengubah aktivitas seksual.
Alasan yang dikemukakan oleh mereka ternyata lebih banyak bersifat kejiwaan (psikologis) daripada fisik (fisiologis), misalnya:
- Takut mati mendadak pada saat orgasme
- Rasa cemas
- Tertekan (depresi)
- Libido menurun lebih banyak dari keluhan nyeri dada (angina pektoris)
- Sesak napas maupun impotensi
Rasa takut mati mendadak rupanya telah menghantui mereka, apalagi kerap diberitakan kasus mati mendadak pada seseorang saat menggauli pekerja seks.
Padahal, kasus tersebut terbilang jarang. Dari Jepang dilaporkan hanya 0,6 persen atau 34 dari 5.559 kasus mati mendadak terjadi saat senggama.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Amankah Penderita Gangguan Jantung Berhubungan Badan?"
GridPop.ID (*)