Dilansir dari Tribunnews, Novel Bumi Manusia sempat terlarang di masa Orde Baru (Orba).
Namun meski dilarang dan siapa saja yang didapati membaca buku itu, siapa saja akan diringkus oleh aparat berwajib, tapi buku itu malah beredar luas.
Bahkan banyak mahasiswa di masa Orba pada umumnya membaca buku yang dilarang itu.
Baca Juga: HARU! 17 Tahun Berpisah, Pria di Bali Nangis Dikunjungi Bocah asal Prancis yang Dulu Ia Jaga
Baru setelah Orba tumbang, buku terlarang ini bisa didapatkan secara bebas dan boleh dibaca oleh siapa saja.
Isi buku ini sebenarnya bukan menceritakan faham komunis seperti diisukan bahkan lebih banyak mengangkat kisah nasionalisme dan bangsa Indonesia di masa kolonialisme Belanda.
Detail kisah yang disampaikan Pramoedya Ananta Toer dalam buku ini demikian menawan.
Buku itu diterbitkan secara manual oleh penerbit Hasta Mitra di bawah tanah dan beredar sangat terbatas.
Buku yang mengisahkan perjalanan bangsa di tahun awal akan berdirinya Republik Indonesia itu sebenarnya bukan buku tentang ajaran komunisme.
Buku karya sastrawan hebat bernama Pramoedya Ananta Toer itu adalah juga simbol perlawanan di masa Orba.
Banyak kalangan, khususnya mahasiswa, membaca buku terlarang itu secara tersembunyi.
Di balik Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, terdapat tokoh utama Minke, Annelis, dan Nyai Ontosoroh sebenarnya menceritakan bagaimana romantisme kehidupan di bawah cengkeraman penjajah Belanda.