Badan jembatan tersebut putus dan hilang terbawa derasnya banjir lahar Semeru sekitar pukul 14.15 WIB.
Kepala BPBD Kabupaten Lumajang Patria Dwi Hastiadi membenarkan peristiwa putusnya jembatan tersebut.
Meski demikian BPBD belum melakukan proses asesmen sehingga belum bisa menjelaskan kondisi secara mendetail.
Hal itu lantaran akses menuju jembatan juga terputus akibat longsor yang terjadi di Jalur Piket Nol.
"Benar jembatannya putus, asesmen detail belum bisa dilakukan karena akses masih terputus," kata Patria di Lumajang, Jumat (7/7/2023).
Adapun, banjir lahar terjadi di sungai yang berhulu ke Gunung Semeru itu terekam seismograf dengan amplitudo maksimal 40 milimeter.
Getaran banjir yang terekam seismograf di Pos Pantau Gunung Api Semeru masih belum menunjukkan penurunan.
Putusnya jembatan ini menyebabkan akses Lumajang-Malang lumpuh total.
Akibat putusnya jembatan di perbatasan Malang-Lumajang itu, masyarakat yang hendak bepergian dari Malang ke Lumajang atau sebaliknya harus memutar lewat utara.
Rute tersebut memutar ke arah utara, yakni melewati Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, hingga Kota Malang.
Akses menuju tempat-tempat wisata di sisi selatan Lumajang juga terputus apabila dari arah Malang. Wisatawan harus memutar jauh ke arah utara apabila ingin berkunjung ke tempat wisata, seperti Air Terjun Tumpak Sewu, Air Terjun Kapas Biru, hingga Sarkawi Sumberurip.