“Wahai, Nabiku, ibuku punya utang puasa. Sebulan lamanya. Apakah boleh aku berpuasa atas nama ibuku?” tanya perempuan itu dengan rasa ingin tahu.
Nabi tersenyum.
“Berpuasalah atas nama ibumu,” jawabnya, santun dan ramah.
“Wahai Rasul, ibuku juga pernah bernazar akan melaksanakan haji, tapi dia meninggal sebelum melaksanakannya. Bolehkah aku berhaji atas nama ibuku?” tanyanya.
Nabi kembali tersenyum.
“Silakan, naik hajilah engkau atas nama ibumu. Bukankah andaikan ia punya utang, engkau akan melunasinya? Karena itu, tunaikanlah utang Allah SWT. Sebab utang kepada-Nya lebih patut ditunaikan,” jawab beliau.
Begitulah kisah seorang perempuan yang sempat galau.
Nabi pun menjawab dengan kesantunan yang luar biasa. Sebuah kisah hikmah tentang cinta seorang anak pada ibunya.
*Kisah ini disarikan dari buku Pesona Ibadah Nabi (Mizania, 2015) karya Ahmad Rofi' Usmani.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di KompasTV dengan judul 'Kisah Perempuan Utang Puasa di Zaman Nabi: Ibunya Wafat, Ia Galau'