Benar saja, ketika berjalan menuju masjid lelaki tunanetra itu terjatuh dan terluka. Kepalanya bocor hingga berdarah. Ia pun gagal salat berjemaah di masjid dan pulang.
Sesampainya di rumah, ia justru kena marah istri.
“Beginilah akibatnya jika selalu memaksakan diri berjemaah. Padahal salat jemaah itu bukan hal wajib!” kata sang Istri.
Mendengar omelan istrinya, lelaki tunanetra hanya bisa menjawab, “Aku tidak sanggup untuk tidak salat berjemaah. Meski cahaya bola mataku tidak ada, tapi Allah selalu memelihara cahaya hatiku.”
Malam pun tiba. Lelaki tunanetra tersebut tidur.
Malam itu memang menjadi malam istimewa bagi lelaki itu. Tak dinyana, Rasulullah SAW menjumpainya dalam mimpi.
“Mengapa engkau bertengkar dengan istrimu?” tanya Nabi.
“Karena mengikuti sunahmu, ya Rasulullah,” jawabnya.
Sunah Nabi tersebut adalah sebisa mungkin untuk salat berjemaah di masjid. Dan, lelaki itu dengan sekali keterbatasan dirinya yang tidak bisa melihat tetap ingin menjalankan sunah Nabi.
Lantas, dalam mimpi itu Rasulullah mengusapkan tangannya pada mata laki-laki itu.
Sungguh ajaib seketika penglihatannya menjadi pulih. Ia pun kemudian dapat melihat kembali. Wallahu a'lam.