2. Tidak mendapat well-treat
“Selingkuh juga tidak melulu soal seksual, tetapi juga emosional, barangkali pelaku tidak mendapat kedekatan emosi dengan pasangan, kemudian ada satu kesempatan dan pasangan selingkuhnya menganggapnya sebagai peluang,’’ ujarnya.
Kemudian hubungan yang tidak wajar pun berlanjut, sehingga seseorang merasa kurang jika satu hari tidak bertemu dengan pasangan selingkuhannya.
3.Coba-coba
Ia menyebut di lingkungan teman kerap menciptakan strata kelas sosial dengan indikator berani selingkuh.
Berani dan semakin rajin selingkuh, maka pelaku selingkuh itu semakin diterima menjadi anggota kelompok yang bersangkutan.
“Kadang kala dianggap temannya sok suci, pengasosiasian kelompok suami-suami takut istri, membuat pelaku terdorong mencoba selingkuh untuk menghapus label takut istri tadi,’’ imbuhnya.
4. Long Distance Relationship atau LDR
Menurut Dosen Sosiologi ini ketika berumah tangga dan mengharuskan suami jarak jauh dengan istri atau LDR juga memicu perselingkuhan.
Sebetulnya di situ ada kebutuhan biologis yang harus terpenuhi.
“Ketika sedang ingin mempergauli tetapi terhalang jarak, ia memilih alternatif melakukannya dengan orang lain,’’ ujar Prof. Tina.