Adapun karya-karyanya meliputi "Jemek Ngudarasa" (2013), "Buku Harian Si Tukang Cukur" (2012), "Calegbrutusaurus" (2009) dan lainnya.
Jemek Supardi pernah mendapat penghargaan seni dari Sultan Hamengku Buwono IX.
Sultan Hamengku Buwono IX memberikan penghargaan tersebut kepada Jemek sebagai bentuk apresiasi untuk dedikasinya sebagai senimanpantomim.
Seniman pantomim Yogyakarta,JemekSupardi, meninggal dunia di usia 69 tahun pada Sabtu (16/7/2022) pukul 17.30 WIB.
Dilansir dari Tribun Jogja, Kerabat dekat Jamek Supardi yakni Subanar, mengatakan sosokJemekSupardiialah seniman yang hobi berkeliling kampung sejak 1970.
"Padahal saat itu pantomim tergolong langka,"ucapnya kepada awak media, di Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta, di Jalan IKIP PGRI I Sonosewu, Padukuhan Sonosewu, Kalurahan Ngestiharjo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (17/7/2022) siang.
Akan tetapi, menurutnya,JemekSupardisangat populer di kalangan anak-anak, walau pantomim sendiri masih dalam dunia seni yang asing pada kala itu.
KeseharianJemekSupardi, lanjutnya, terbilang setia hidup sebagai seniman walau pada satu sisi dunia pentas seni tidak bisa menjadi pegangan hidup.
Semasa hidupnya,JemekSupardidiketahui sangat menikmati dunia seni pantomim dan berani merintis karirnya hingga populer di Indonesia.
Jemek Supardi pun konsisten mengangkat dunia pantomim dan gemar mendampingi anak-anak difabel.
Semangat perjuanganJemekSupardidalam berkarya sebagaisingle fighter, menjadi contoh bagi anaknya yang bernama Sekar.