Dicuplik dari sebuah jurnal penelitian dari Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida), grup musik ini lahir pada tahun 1975 di daerah kauman yang ada di Kota Semarang, Jawa Tengah.
H. Muhammad Zain beserta sang istri Hj. Mudrikah Zain adalah orang di balik keberadaan grup musik perempuan ini.
Mereka membentuk Nasida Ria dengan misi untuk berdakwah atau menyebarkan ajaran Islam dan menyebarkan kebaikan melalui musik.
Tak heran, lagu-lagu yang dibawakan Nasida Ria semuanya memiliki pesan kebaikan yang juga diajarkan dalam agama.
Sebut saja "Jangan Main Cerai", "Kota Santri", "Surga Di Telapak Kaki Ibu", dan lain-lain.
Beragam penghargaan pun berhasil mereka kumpulkan. Di awal pembentukannya, Muhammad Zain mengumpulkan 8 orang siswanya dan sang istri untuk membentuk grup kasidah.
Kesembilan anggota grup itu adalah: Rien Jamain, Musyarofah, Umi Kholifah, Nur Ain, Nunung, Mutoharoh, Alfiyah, Kudriyah, Hj. Mudrikah zain.
Tak hanya menyoal syarat agama dan kebaikan, Nasida Ria juga memiliki sederet lagu yang liriknya berisi kritik sosial.
Nama Nasida Ria sendiri berasal dari kata "Nasyid" yang berarti lagu-lagu atau nyanyian dan kata "Ria" yang artinya gembira atau bersenang-senang.
Di bawah pimpinan H. Malik Zain, Nasida Ria terus bersinar di industri musik Tanah Air hingga tahun 2000-an dengan penuh kegembiraan.
Sisi gembira itu salah satunya ditunjukkan dengan nuansa semarak dari kostum atau seragam yang mereka kenakan saat tampil di atas panggung.