Keberadaan ATM karena dua bank tersebut pun mendorong perkembangan keberadaan mesin penarikan tunai di Tanah Air.
Bank lain pun turut membeli mesin ini untuk mengalahkan saingannya.
Seiring perkembangan waktu, sejumlah bank di Indonesia mulai mengikuti jejak Hong Kong Bank dan Bank Niaga.
Pada dekade 90-an pengunaan ATM mulai menjadi tren perbankan.
Adapun faktor lainnya juga didorong seiring menjamurnya bank-bank swasta.
Menurut Harian Kompas, 10 Juni 1990 ATM saat itu melayani penarikan uang nominal Rp10.000 dan Rp5.000 dengan jumlah maksimal penarikan sebesar Rp500.000.
Namun, mesin ATM justru membuat pengeluaran menjadi lebih boros loh!
Selain harga mesin ATM yang bernilai Rp100 juta, ada pula biaya tambahan untuk petugas khusus yang mengawasi ATM akibat rusaknya mesin karena ulah pengguna, salah satunya karena tak mengetahui cara menggunakannya.
Penggunaan ATM saat itu disebut lebih boros daripada pemakaian Automatic Teller Person (ATP) sebagai pelayanan nasabah perbankan.
Namun, seiring perubahan zaman, ATM menjelma menjadi penopang transaksi bank.
Terlebih dengan hadirnya interkoneksi ATM antar bank.