Tidak sampai situ saja, pria ini juga dipaksa mengerjakan berbagai pekerjaan rumah seperti : memasak, menjemput anak, dan lain-lain.
Ia telah menjadi korban pelecehan seksual dan penyalahgunaan kekuasaan dari sosok yang memegang 'kekuasaan'.
Pemuda ini bahkan mengaku sempat kepikiran mengakhiri hidupnya sendiri saking depresinya.
Barulah pada tahun 2021, Ia memberanikan diri untuk melaporkan perilaku sang dosen ke Komite Anti-Pelecehan Universitas Waseda.
Namun, pihak universitas mengesampingkan komplain tersebut dengan dalih perbuatan sang dosen 'bukan merupakan tindakan ilegal layaknya pelecehan'.
Kehabisan pilihan, pemuda ini beralih ke pengadilan.
Ia menuntut sang dosen atas tindakanpelecehan seksualdan meminta uang kompensasi sebesar 7 juta Yen atau sekitar 817 juta Rupiah.
Universitas Waseda menyampaikan pernyataan resmi mengenai perkara ini pada 25 Maret 2022.
Menurut pernyataan tersebut, pihak universitas tidak akan mengizinkan tindakan pelecehan ataupun tindakan ilegal lain terjadi di dalam kampus.
Oleh karena itu, mereka janji akan melaksanakan investigasi yang menyeluruh.
Terakhir dikabarkan, pengadilan masih berproses dan belum ada keputusan yang pasti mengenai nasib kedua pihak yang bersangkutan.