Jadi anak orang kaya tak lalu bikin hidup Putri leha-leha. Orangtua dan nenek dari ibu mendidik Putri jauh dari kata manja.
Misal, sudah di abad milenial, uang saku Putri "hanya" Rp 15.000 sehari. Itu tahun 2004 atau 2005. Dan, ingat, dia anak konglomerat.
Menurut Putri, pada akhirnya semua adalah tentang nilai hidup. Dia mengaku mendapat didikan keras soal ini dari orangtua dan neneknya itu.
Hal yang sama menjadi bekal Putri untuk melangkah sebagai sosok perempuan tangguh, mandiri, dan bertanggung jawab di usia yang masih relatif muda, tidak semata mengandalkan pertalian darah.
Pada saat bersamaan, Putri pun menempatkan segala kegagalan dan peristiwa tak enak di hidup laiknya bensin yang menjadi bahan bakar kendaraan untuk terus melaju ke depan.
“Gimanacaranya kita bisachannel that insecurity into positive energy. Kita semakin memperbaiki diri, semakin semangat untuk berkarya dan segala macam,” ujar Putri.
Pencarian jati diri terus berlanjut hingga Putri memantapkan hati menekuni apa yang sudah dia ingin sejak kecil, yaitu menjadientrepreuner.
Ajaran keluarga dan pengalaman berorganisasi menurut Putri adalah modal penting yang membentuk dirinya pada hari ini.
Dalam perbincangan tengah hari di sela kesibukan kerjanya itu, Putri pun bertutur tentang pengalaman pertamanya menghelateventsendiri.
Dia ingat betuleventpertama yang ia rancang dan kelola adalah perayaan ulang tahun teman sekelasnya yang berulang tahun ke-15.
Di situ dia belajar banyak hal tentang penyelenggaraan kegiatan, mulai dari menawarkan konsep, memahami detail, hingga yang namanyabackup plan.