Sebelum berlari, Sinten dan Dewi sempat menengok ke arah Gunung Semeru.
Puncak tertinggi di Pulau Jawa itu memuntahkan asap abu-abu tebal ke udara, suhu udara langsung terasa panas dan menyengat di kulit.
Langit berubah gelap dan kilatan petir terlihat jelas menyambar-nyambar.
"Saya tak sempat menyelamatkan harta benda. Saya tak memikirkan itu, yang terpenting selamat dari terjangan awan panas. Lima motor hangus dan rumah saya roboh," paparnya.
Melansir Kontan.ID, diungkapkan hingga sore kemarin, Gunung Semeru masih mengeluarkan kepulan asap tebal dari Puncak Jonggring Saloko, dan menyebabkan Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro terkena hujan abu.
Baca Juga: Terjadi 52 Gempa Bumi Dalam Kurun Waktu 20 Hari di Awal Januari 2021, BMKG: Ada yang Tak Lazim
Warga dari dua kecamatan itu pun diminta untuk mengungsi.
"Sebagai tindakan preventif warga yang tinggal dekat sungai jalur lahar diimbau untuk diungsikan dulu," kata Syafii Kepala Desa Sumbermujur kepada Tribun Network.
Informasi terbaru dari Badan Nasional Penanggulagan Bencana (BNPB) mencatat data sementara dampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Melansir Tribunnews.com, dari data tersebut, data Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB per Sabtu (4/11/2021), kejadian bencana awan panas guguran Gunung Semeru telah berdampak di enam desa yang berada di dua kecamatan di Kabupaten Lumajang.
Selain itu, sebaran abu vulkanik telah berdampak di 11 desa/kelurahan di sembilan kecamatan.
Satu orang warga menjadi meninggal dunia, 2 orang hilang, 8-10 prang masih terjebak, 70 orang dilarikan ke puskesmas, dan 300 KK mengungsi ke lokasi yang lebih aman.