Pada usia 17 tahun dirinya sudah kehilangan keperawanan.
Seakan tak puas satu-dua kali berhubungan badan, saat kuliah di Hawaii, LA, London dan New York, Erica semakin liar dalam melakukan seks bebas.
Ketagihannya akan seks bebas ini mendorongErica Garza berani berhubungan badan dengan orang yang belum dikenalnya.
Parahnya ia sering meniru berbagai adegan di film dewasauntuk dalam petualangan cintanya.
Lama-kelamaan ia merasa lelah, tidak dicintai, tidak berharga, dan seperti sampah.
Menginjak usia 30-an, Erica Garza mulai menyadari bahwa kegilaannya terhadap film dewasamenghalanginya untuk memiliki sebuah ikatan pernikahan.
Kesadaran akan membina rumah tangga semakin menguat tatkala Erica Garza bertemu dengan seorang pria perancang busana (yang sekarang menjadi suaminya) dalam perjalanan menuju Bali, Indonesia.
Awal hubungan Erica Garza dengan suaminya itu sulit.
Erica Garza selalu mengajak suaminya melihat film dewasahingga pada suatu titik sang suami menanyakan kenapa Erica suka sekali melihat film seperti itu.
Usai berbicara baik-baik, sang suami mengajak Erica untuk mengikuti Yoga, olahraga, terapi dan lain sebagainya saat berada di Bali maupun sesudah kembali ke LA.
Perlahan namun pasti, Erica mulai sembuh dari kecanduan film dewasa.