Persoalan menggugat tanah warisan itu disebut-sebut berawal dari kekecewaan Rully karena Ningsih tidak mengizinkannyamembuat ruang tamu dan dapur.
Sebaliknya, kemarahan Praya Tiningsih pun tak lagi bisa dibendung saat anaknya menawarkan konsep perdamaian yang menurutnya tak masuk diakal.
Pasalnya, Rully tetap kukuh meminta warisan dari almarhum sang ayah yang berupa tanah tersebut dibagi.
Menurutnya, Rully tetap tak mau berdamai dengan dirinya hingga membuatnya juga bertindak demikian.
Oleh sebab itu Ningsih lebih memilih untuk melanjutkan perkara tersebut dan tak memilih jalur damai.
"Dia (Rully) tetap ngotot agar tanah itu tetap dibagi, padahal wasiat bapaknya tidak boleh untuk dibagi."
"Jadi dia tidak ingin berdamai, saya pun tidak ingin berdamai, biar deh lanjut perkaranya," kata Ningsih, dikutip dariKompas.com.
Merasa dirinya dipojokkan dengan sikap sang anak, Ningsih pun bereaksi keras dan akan menuntut balik atasAir Susu Ibu (ASI) yang telah ia keluarkan untuk merawatnya ketika bayi.
"Pokoknya saya tidak maafkan dia (Rully), pokoknya dia harus bayar air susu saya.Saya sudah capek jadi ibu, saya sudah bosan," kata Ningsih dengan nada tinggi.
Meski melihat sang ibu tak terima dengan tawarannya, Rully tetap bersikukuh untuk membagi warisan sang ayah.
Rully mengklaim bahwa dirinya hanya meminta haknya sebagai ahli waris dari almarhum ayahnya.