“Kami enggak setuju anak di bawah 12 tahun dibawa ke mal sebelumimunisasi. Tetapi kalau untuk sekolah tatap muka, anak kita itu secara sosial harus belajar dari body language yang dilihat," ujarnya.
Penelitian IDAI menunjukkan, ada 37.706 kasus anak terkonfirmasi terpapar virus Corona selama gelombang pertama Covid-19 di Indonesia, yaitu pada Maret-Desember 2020.
Penelitian IDAI ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Frontiers in pediatrics yang terbit 23 September 2021 lalu.
Penelitian ini menggambarkan data terbesar pertama kasus Covid-19 anak di Indonesia pada gelombang pertama Covid-19.
"Angka kematian yang cukup tinggi adalah hal yang harus dicegah dengan deteksi dini dan tatalaksana yang cepat dan tepat,” ujar Prof Aman.
Berdasarkan data tersebut, di antara anak-anak terkonfirmasi Covid-19 yang ditangani dokter anak, angka kematian tertinggi terjadi pada anak usia 10-18 tahun (26 persen), diikuti usia 1-5 tahun (23 persen), usia 29 hari- kurang dari 12 bulan (23 persen),usia 0-28 hari (15 persen), dan usia 6 tahun - kurang dari 10 tahun (13 persen).
Sekretaris Umum Pengurus Pusat IDAI Dr Hikari Ambara Sjakti SpA(K) mengatakan, laporan tersebut juga menyebutkan penyebab kematian anak akibat Covid terbanyak dikarenakan faktor gagal napas, sepsis /syok sepsis, serta penyakit bawaan (komorbid).
Sementara komorbid terbanyak pada anak Covid yang meninggal adalah malnutrisi dan keganasan, disusul penyakit jantung bawaan, kelainan genetik, tuberkulosis (TBC), penyakit ginjal kronik, celebral palsy, dan autoimun.
Sementara 62 anak meninggal tanpa komorbid.
Perusahaan farmasi Pfizer mengeklaim bahwa vaksin Covid-19 buatan mereka aman digunakan untuk anak usia 5-11 tahun, berdasarkan hasil uji klinis fase dua.
Diberitakan Kompas.com, Selasa (21/9/2021), Chief Executive Officer Pfizer Albert Bourla mengatakan, hasil uji klinis ini akan dijadikan dasar untuk mengajukan izin penggunaan darurat vaksin tersebut kepada anak-anak di bawah usia 12 tahun.