Pemilik barang, kata Domu, bahkan memaki-makinya.
"Pemilik barang marah-marah pada kami, ini hampir semua sopir truk di sini ditelepon dan dimaki-maki pemilik barang, mereka tidak tahu bagaimana keadaan kami sebenarnya, kami menderita juga di sini, makan sulit, uang menipis, bayangkan sampai 3 bulan saya di sini tanpa kejelasan Kapal Egon akan datang," kata Domu.
Ada yang jual cincin untuk makan dan kirim uang ke anak istri Kondisi yang tidak jelas itu memaksa mereka bertahan dengan harta seadanya.
Beberapa di antara para sopir tersebut bahkan harus menjual apa yang mereka miliki untuk bertahan hidup.
Salah satunya Yan Rara Lunggi (25) yang terpaksa menjual cincin kawinnya untuk makan. Uang penjualan cincin juga dikirim ke anak istrinya di Sumba.
"Gaji satu bulan untuk makan, dan satu bulan untuk dikirim ke keluarga, tapi masih kurang, keluarga di Sumba harus terpenuhi kebutuhannya, terpaksa saya jual cincin kawin saya," kata Yan sedih.
Minta dikirim kapal pengganti Para sopir pun tak ingin berlama-lama dalam ketidakpastian menunggu Kapal Egon.
Mereka meminta pemerintah segera bergerak untuk mengirim kapal pengganti.
"Saya berharap pada Presiden Joko Widodo, agar memperhatikan nasib kami, kirimkanlah kami kapal penganti Egon, agar kami bisa segera menyeberang ke Sumba," kata sopir ekspedisi lainnya, Adi Lado (43).
"Kami dari sopir ekspedisi Sumba kami butuh Kapal Egon segera, kami bawa logistik, kami minta Kapal Egon bisa 4 kali dalam sebulan," lanjut Adi.
Menurut informasi yang diterima Tribun Lombok,KMP Egonsaat ini masih berada di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah.