Wanita yang akrab disapa Ani ini mengungkapkan, inflasi tahun depan bisa saja tidak serendah tingkat inflasi pada tahun 2021.
Selain soal subsidi, tingkat inflasi tahun 2022 dipengaruhi oleh normalisasi kebijakan The Fed (tapering off) dan disrupsi suplai karena pandemi Covid-19.
Dalam RAPBN tahun 2022, inflasi tahun depan diproyeksi 2,9 persen dengan range 2,5 persen - 3,3 persen. Target itu lebih rendah dari proyeksi inflasi tahun 2021 yang hanya 1,5 persen.
"Itu pun tergantung seasonality (faktor musiman) per bulan yang harus kita pertimbangkan maupun termasuk (efek dari) policy pemerintah," beber Sri Mulyani.
Namun, dia bersyukur, pemulihan ekonomi tahun ini tidak dibarengi dengan kenaikan inflasi karena terjaganya kepercayaan konsumen.
Kepercayaan konsumen menjadi sinyal baik bagi pemerintah dan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas harga.
"Pemerintah akan terus melakukan berbagai reformasi struktural untuk bisa memperbaiki dari sisi komunikasi, dari sisi distribusi suplai pasokan, dan pola seasonality yang biasanya memengaruhi inflasi," pungkas Sri Mulyani.
GridPop.ID (*)