Follow Us

Padahal Punya Segudang Medali, Mantan Atlet Dayung Nasional Ini Banting Setir Jadi Nelayan demi Menyambung Hidup, Fakta Dibaliknya Bikin Nangis

Andriana Oky - Sabtu, 14 Agustus 2021 | 06:31
 
Abdul Razak, mantan atlet dayung nasional
KOMPAS.com/DEFRIATNO NEKE
KOMPAS.com/DEFRIATNO NEKE

Abdul Razak, mantan atlet dayung nasional

Namun, kesedihan ia rasakan ketika usai mengikuti kejuaraan dayung di Eropa, ia mendapat informasi bahwa istrinya meninggal dunia usai melahirkan.

“Saya pulang ke Wakatobi, tidak langsung pulang ke rumah, langsung saya ke kuburan istriku. Saya sedih, saya menangis. Saya tidur di sana (kuburan) ditemani keluarga, tapi itulah perjalanan,” tutur Abdul Razak.

Selama menjadi atlet dayung, Abdul Razak telah banyak mengumpulkan 48 medali, yakni 36 medali emas, delapan medali perunggu, dan empat medali perak.

pada tahun 1995, ia memilih untuk pensiun dari berbagai kejuaraan dan menjadi pelatih dayung untuk daerah Jawa Timur.

Baca Juga: Nyasar Saat Ingin ke Arena Pertandingan, Pelari Jamaika Ini Justru Sabet Medali Emas di Olimpiade Tokyo 2020 Berkat Ditolong Sosok Wanita Misterius Ini

“16 tahun saya jadi pelatih di sana dan saya juga diangkat menjadi PNS, kerja di Dispora Jatim. Selama menjadi pelatih, banyak dapat medali dan penghargaan,” ucapnya.

Pada tahun 2000, ia dipanggil Gubernur Sultra La Ode Kaimoeddin, dan pindah ke Dispora Sultra. Setelah pensiun, ia kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Wakatobi, dan tinggal di rumah gubuk yang kecil dan telah retak-retak.

Gaji pensiun yang kecil tidak mencukupi untuk memperbaiki rumah dan tidak cukup memenuhi kebutuhan rumah tangganya, sehingga ia beralih pekerjaan menjadi nelayan.

“Saya tidak punya perahu, saya memakai perahu keluarga saya. Saya jadi nelayan di sini, gaji pensiun kecil, mau beli perahu dengan mesinnya tidak cukup,” kata Abdul Razak.

Walau telah menjadi nelayan, ia tetap melatih anak-anak di sekitar rumahnya untuk menjadi atlet dayung.

Berkat tangan dinginnya, tujuh anak didiknya mendapatkan medali emas di ajang PON, dan ia rela walau harus menjual motor kesayangannya untuk modal ke Jawa Barat.

"Pada saat itu saya pernah melobi ke Provinsi Sultra, namun mereka bertujuh ini tetap tidak diterima, sehingga saya harus menjual motor yang baru dibeli dua minggu sebesar Rp 11 juta agar anak-anak ini saya antar ke Jawa Barat. Alhamdulillah di sana pelatih dari Belanda melirik mereka. Dan alhamdulillah mereka meraih medali emas di PON dan SEA Games saat itu,” ucapnya.

Source : Kompas.com GridPop.ID

Editor : Grid Pop

Baca Lainnya

Latest

Popular

Tag Popular