Collins menambahkan bahwa dalam penelitian tentang alat tes Covid-19 berbasis air liur yang diklaim setara tes PCR ini, ia dan timnya menargetkan pelacakan varian virus corona Inggris (varian Alpha), varian Beta dari Afrika Selatan, dan Brasil.
"Akan tetapi Anda dapat dengan mudah mengadaptasi platform diagnostik (alat tes Covid-19 air liur) untuk mengatasi (mendeteksi) varian Delta dan varian lain yang sedang berkembang," jelas dia.
Alat diagnostik tes Covid-19 baru ini, bergantung pada teknologi CRISPR, dapat dirakit dengah biaya sekitar $15.
Akan tetapi, menurut peneliti biaya tersebut dapat ditekan secara signifikan apabila perangkat ini diproduksi dalam skala besar.
Studi tentang alat tes Covid-19 baru yang diklaim setara PCR ini telah dipublikasikan di jurnal Science Advances.
Alat tes Covid-19 mandiri Perangkat diagnostik baru ini didasarkan pada SHERLOCK, yakni alat berbasis CRISPR yang pertama kali dilaporkan Collins dan timnya pada tahun 2017.
Komponen sistem termasuk untai pemandu RNA yang menungkinkan mendeteksi urutan RNA dengan target spesifik, dan enzim Cas yang membelah urutan tersebut dan menghasilkan sinyal fluoresen.
Semua komponen molekuler ini dapat dibekukan dan dikeringkan untuk penyimpanan jangka panjang dan dapat diaktifkan kembali setelah terpapar air.
Tahun lalu, laboratorium Collins mulai mengadaptasi teknologi tersebut untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Harapannya, dengan penelitian ini mereka dapat merancang perangkat diagnostik yang dapat memberikan hasil yang cepat dan dioperasikan dengan mudah, bahkan tanpa memerlukan keahlian khusus.
Sebelumnya, melansir dari Tribunnews,Kalbe melalui anak usaha KalGen Innolab menawarkan inovasi testing COVID-19 dengan menggunakan metode RT Lamp Saliva atau menggunakan sampel air liur.