Selain itu, tempe juga dipercaya bisa menurunkan kolesterol, berat badan, stress dan penyakit-penyakit kronis lainnya.
Mengutip dari Kompas.com, Ketua Forum Tempe Indonesia Profesor Made Astawan mengungkapkan berbagai manfaat dari kandungan tempe.
"Khasitnya jangan diragukan, itu luar biasa. Kita punya warisan budaya yang sangat sederhana cara membuatnya. Bayangkan, tempe direbus kemudian dikasih ragi, difermentasi 40 jam, jadi makanan luar biasa," ungkap Made di sela-sela acara Awarding Nutrifood Research Grant, di Jakarta, Kamis (20/8/2015).
Berdasarkan data Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, tempe merupakan makanan yang kaya gizi dan bisa menjadi pengganti kebutuhan protein yang didapat dari daging atau protein hewani.
Tapi siapa sangka, banyak publik tak tahu jika ternyata mengolah tempe tak boleh sembarangan.
Made mengatakan kandungan bakteri prebiotik yang bermanfaat di dalam tempe mudah rusak jika dipanaskan.
Oleh sebab itu, sebaiknya jangan mengolah tempe dengan menggunakan metode yang membuat tempe mendapatkan energi panas berlebih, salah satunya digoreng.
Tak hanya bisa memicu hancurnya bakteri baik pada tempe, tempe yang digoreng juga akan kehikangan minyak kedelainya.
"Minyak kedelai yang sehat mengandung lemak nabati, dalam tempe akan larut itu, diganti minyak goreng lemak jenuh, sayang sekali," ujar Made.
Maka, Made menyarankan untuk mengolah atau memasak tempe dengan cara lain, misalnya dikukus, dibakar, dipanggang, dan lain sebagainya.
Meski demikian, cara memasak ini direkomendasikan dengan catatan, tempe tersebut harus higienis atau bersih pembuatannya.