"(Dengan penggunaan masker di kerumunan), kita hanya mengurangi probabilitas saja dalam semua usaha. Tidak mengeliminasi kemungkinan (tertular) menjadi nol," ujar Giovani seperti dikutip dari Kompas.com (15/11/2020).
Selain itu, masih banyaknya kerumunan di tengah pandemi juga membuat seseorang kesulitan dalam menjaga jarak. Untuk itu, seseorang lebih baik menghindar ketika berada di tengah kerumunan.
"Meski berada di kerumunan, tetap harus pakai masker. Usahakan sebisa mungkin jaga jarak," lanjut dia.
Senada, Ketua Satuan Tugas Penanganan (Satgas) Covid-19 Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Budi Haryanto menjelaskan, kombinasi antara penggunaan masker dan jaga jarak merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penularan.
"Ingat, yang bisa menularkan adalah droplet dari bersin, teriak, batuk, bercakap-cakap. Masker akan efektif melindungi kalau dibantu dengan jarak yang cukup dari lompatan droplet," ujar Budi dikutip dari sumber serupa.
Budi menjelaskan bahwa droplet bisa saja menempel di permukaan lain ketika berada di kerumunan.
Misalnya saja di baju, lengan, atau tersentuh dengan tangan. Kondisi ini akhirnya dapat membuat droplet berpindah ke muda atau hidung tanpa disadari.
Untuk itu, membawa hand sanitizer maupun tetap menggunakan masker ketika bepergian menggunakan transportasi umum, menjadi hal yang wajib dilakukan. Abai menggunakan masker juga akan sangat berisiko.