Apalagi sebagai lelaki yang mulai dewasa, egonya elalu beririsan dengan sang ayah.
"Pas waktu itu jauh dari papah emang mungkin egonya kita kali ya," tutur Baim.
"Kalau orang-orang jam sepuluh boleh keluar kok gue nggak boleh sih, akhirnya kabur," curhatnya.
Tak hanya itu, ia bahkan sempat menyesali dilahirkan di keluarganya.
Kekalutannya sampai membuat ia berpikir untuk lahir di keluarga yang lebih kurang beruntung namun penuh kasih sayang.
Hal itu kemudian memicu Baim untuk berinisiatif meninggalkan rumah.
"Habis itu terus-terusan malah kayak, kok gue gini sih di keluarga gue, sampai pernah gue bilang mendingan gue dari keluarga miskin sayang sama gue daripada kayak gini," tutur Baim.
"Ada satu momen tiba-tiba nggak diselametin ulang tahun, kesel kali, besoknya saya kabur dari rumah bawa semuanya," lanjutnya.
Baim mengaku tak membawa uang sama sekali saat meninggalkan rumah.
Hidupnya bergantung pada hobinya taruhan bermain bola sodok.