"Infeksi Covid-19 atau infeksi dada lainnya, seperti radang paru-paru, kadang-kadang dapat meniru serangan jantung dalam hal nyeri dada dan masalah pernapasan," kata ahli jantung di Singapura, Dr. Peter Ting.
"Secara statistik, orang muda lebih rendah kemungkinannya mengembangkan penyakit jantung koroner dibandingkan dengan orang yang berusia lebih tua, karena itu adalah penyakit degeneratif."
"Namun, kita melihat lebih banyak usia 20-an sampai 30-an mengalami serangan jantung karena peningkatan faktor risiko seperti merokok, stres, tidak cukup tidur, dan olahraga terlalu berlebihan," imbuhnya.
Penyakit lain yang kurang mengancam jiwa tetapi sama-sama mengkhawatirkan, dapat termasuk radang kerongkongan, tulang rusuk, kantung empedu, dan epigastrium (perut bagian atas).
Menurut Dr Ting, yang juga Direktur Medis di StarMed Specialist Center, Singapura, masalah yang berhubungan dengan jantung sering tumpang tindih dengan masalah refluks gastroesofagus atau GERD.
Penyataan senada juga disampaikan oleh Dr Shanker Pasupathy, spesialis gastrointestinal. Menurutnya, nyeri dada hanya merupakan lokasi rasa sakit. Gejala sakit ini sering disalahartikan karena posisi organ yang berdekatan.
“Saya telah melihat orang-orang yang mengalami nyeri di daerah dada menganggapnya sebagai masalah perut, tapi ternyata itu adalah gejala dari masalah jantung,” katanya.
“Sebaliknya, orang yang telah melakukan semua jenis tes jantung ternyata semua hasilnya negatif, dan ketika kami melakukan endoskopi, kami menemukan bahwa itu adalah masalah yang berhubungan dengan gastro," lanjutnya.
Baca Juga: Jarang Diketahui, Ternyata Alpukat dan Nanas Mampu Atasi Nyeri Saat Menstruasi, Begini Cara Kerjanya
Karena gejala yang sama dan posisi organ berdekatan – rasa sakit biasanya muncul di daerah dada tengah atau epigastrium (daerah sedikit di bawah dada), inilah yang terkadang membuat cukup sulit untuk membedakan antara masalah kardio dan gastro.